BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Rendahnya mutu
pendidikan berkaitan erat dengan rendahnya motivasi siswa dalam belajar. Banyak
terjadi Siswa SD yang kurang menguasai materi pelajaran karena mereka mengantuk
saat belajar. Hal ini disebabkan kurang efektifnya
strategi pembelajaran yang diterapkan guru. Dalam kegiatan belajar mengajar
terlalu didominasi oleh kegiatan yang bersifat hafalan.
Sebagai akibatnya
pemahaman siswa SD terhadap isi pelajaran sangat rendah. Menurut
Hudojo peran guru sebagai pemberi ilmu sudah saatnya berubah menjadi fasilitator dan motivator sehingga siswa dapat mengontruksi pengetahuan dirinya. Untuk itu diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang tidak mengharuskan siswa menghafal, tetapi stratgi yang mendorong siswa mengontrol sendiri pengetahuannya melalui pembelajaran Kooperative (cooperative learning). Cooperative Learning adalah suatu pendekatan pengajaran melalui kelompok kecil siswa untuk saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan.
Hudojo peran guru sebagai pemberi ilmu sudah saatnya berubah menjadi fasilitator dan motivator sehingga siswa dapat mengontruksi pengetahuan dirinya. Untuk itu diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang tidak mengharuskan siswa menghafal, tetapi stratgi yang mendorong siswa mengontrol sendiri pengetahuannya melalui pembelajaran Kooperative (cooperative learning). Cooperative Learning adalah suatu pendekatan pengajaran melalui kelompok kecil siswa untuk saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan.
Pembelajaran
volum kubus sangat penting dipelajari siswa, karena banyak berkaitan dalam
lingkungan kehidupan sehari-hari. Dengan pembelajaran cooperative learning
siswa dapat daling berinteraksi dan saling bekerjasama.
Berdasarkan pengalaman
penulis dalam melaksanakan proses pembelajaran Matematika Kelas V SDN IV
Besuki, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, khususnya untuk materi volum
kubus sebagian besar hasil siswa kurang maximal.
Atas dasar uraian
di atas penulis merasa perlu melakukan perbaikan proses pembelajaran dengan
menggunakan Metode Jigsaw. Dengan metode ini sangat cocok untuk strategi
pembelajaran kooperatif.
B.
Rumusan
Masalah
Bertolak dari
latar belakang masalah,, identifikasi dan analisis masalah dalam proses
pembelajaran penulis dapat merumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana
peningkatan aktivitas belajar Matematika tentang volum kubus siswa kelas V SDN
IV Besuki, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung melalui metode Jigsaw ?
2. Bagaimana
peningkatan hasil belajar Matematika tentang volum kubus siswa kelas V SDN IV
Besuki, Kec. Besuki, Kab. Tulungagung dengan metode Jigsaw ?
C.
Tujuan
Perbaikan
Penelitian ini
dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk
meningkatkan aktivitas belajar Matematika tentang volum kubus siswa kelas V SDN
IV Besuki, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung dengan menggunakan matode
Jigsaw.
2. Untuk
meningkatkan hasil belajar Matematika tentang volum kubus kelas V SDN IV
Besuki, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung melalui penerapan metode
Jigsaw.
D.
Manfaat
Perbaikan
Dengan adanya
Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :
1. Siswa
a. Dapat
mengkontruksi pengetahuannya sendiri atau mampu meningkatkan kemampuan diri
siswa.
b. Dapat
terhindar dari sifat behaviorisme, terutama yang berhubungan dengan materi.
2. Guru
a. Hasil
penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
b. Dapat
mengefektifkan pembelajaran yang selama ini kurang maximal.
3. Sekolah
a. Hasil
penelitian ini dapat digunakan dasar pengambilan kebijakan dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran siswa Sekolah Dasar
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Strategi
Kooperatif
Strategi
Pembelajaran memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil
siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai
tujuan belajar.
1.
Pengertian
Pembelajaran Kooperatif
Manusia memilki derajat potensi, latar belakang, serta
harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan manusia dapat
saling mencerdaskan. Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi
sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga
sesama siswa. Manusia adalah makhuk individual, berbeda satu dengan satu yang
lain. Karena sifatnya yang individual sehingga manusia yang satu membutuhkan
manusia yang lainnya sehingga manusia harus menjadi makhluk sosial. Karena satu
sama lain saling membutuhkan maka harus ada interaksi yang saling menyayangi.
Perbedaan antar manusia yang tidak terkelola secara baik
dapat menimbulkan kesalah pahaman antar sesama. Agar manusia terhindar dari
kesalah pahaman maka diperlukan interaksi. Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi antar
sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat.
2.
Unsur
Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran suatu sistem yang
ada didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai
elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya :
a. Saling
ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan
suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang
saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling memberikan motivasi untuk
meraih hasil belajar yang lebih baik.
b. Interaksi
tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam
kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog,
tidak hanya guru, tetapi juga dengan siswa lain. Interaksi semacam itu
memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber
belajar lebih bervariasi. Interaksi semacam itu sangat penting karena ada siswa
yang merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.
c. Ketrampilan
menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif ketrampilan sosial
seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mandiri dan berbagai sifat
lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya
diasumsikan tetapi secara sengaja di ajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin
hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga
dari sesama siswa.
3.
Peran
Guru dalam Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif menurut guru untuk berperan relatif
berbeda dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran
kooperatif tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Merumuskan
tujuan pembelajaran
b. Menentukan
jumlah anggota dalam kelompok belajar.
c. Menentukan
tempat duduk siswa
d. Merancang
bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif
e. Menentukan
peran siswa untuk menunjang saling ketergantungan positif
f. Menjelaskan
tugas akademik, misalnya :
·
Menyusun tugas sehingga siswa dapat
jelas mengenai tugas tersebut.
·
Menjelaskan tujuan belajar dan mengaitkannya
dengan pengalaman siswa.
·
Menjelaskan berbagai konsep atau pengertian,
prosedur yang harus diikuti para siswa.
·
Mengajukan berbagai pertanyaan khusus untuk
mengetahui pemahaman siswa.
g. Menjelaskan
kepada siswa mengenai tujuan bekerja sama.
h. Menyusun
kerja sama antar kelompok.
i.
Memberikan bantuan kepada siswa dalam
menyelesaikan tugas.
j.
Menilai kualitas kerjasama antar anggota
kelompok.
B.
Volum
Kubus
Matematika adalah
ilmu bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang
digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai lapangan. Matematika merupakan
salah satu bidang ilmu yang digunakan banyak ilmu pengetahuan lain. Matematika
secara garis besar dibagi menjadi 4 bagian, yaitu Aritmatika, Aljabar,
Geometri, dan Analisis. Materi volum kubus termasuk jenis ruang yang merupakan
bagian matematika geometri yang diajarkan di kelas V.
C.
Pembelajaran
Materi Volum Kubus dengan Pembelajaran Kooperatif
Dalam
pembelajaran kooperatif , tugas guru adalah membagi anak menjadi beberapa
kelompok kecil yang anggotanya 3 sampai 6 anak, bahan disajikan dalam bentuk
teks yang sama. Jadi siswa tidak berbagi dalam menyelesaikan masalah yangn
berbeda, sehingga siswa dapat menyelesaikan tugas secara kelompok ataupun
individu.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A.
Subyek
Penelitian
a.
Lokasi
Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SDN IV Besuki yang berada
di wilayah Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung. Pelaksanaan penelitian
dilaksanakan mulai tanggal 26 oktober 2011 s/d tanggal 07 November 2011.
b.
Mata
Pelajaran
Dalam penelitian ini, mata pelajaran yang dipilih adalah Matematika
Kelas V SD. Standar kompetensi yang dipililh yaitu menghitung volum kubus dan
balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. Sedangkan kompetensi dasar
yang dipilih yaitu menghitung volum kubus.
c.
Kelas
Subyek penelitian adalah siswa Kelas V SDN IV Besuki, Kecamatan
Besuki, Kabupaten Tulungagung Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012.
d.
Karakteristik
siswa
Siswa Kelas V SDN IV Besuki berjumlah 18 anak. Siswa
perempuan berjumlah 10 siswa. Sebagian besar siswa kelas V berasal dari
keluarga berlatar belakang pendidikan yang rendah, dengan tingkat ekonomi
keluarga yang cukup bahkan berkurang. Keadaan tersebut sangat mempengaruhi
pembelajaran yang telah direncanakan.
Metode yang digunakan guru dalam belajar mengajar matematika
adalah metode ceramah saja dengan menggunakan media berupa buku paket bagi
siswa yang disediakan dari sekolah. Guru yang hanya menggunakan metode ceramah
saja dan media yang kurang menarik membuat siswa kelas V pada mata pelajaran
matematika kurang berminat untuk mengikuti pelajaran tersebut. Siswa malas
bukan takut mengerjakan tugas yang diberikan guru.
B.
Deskripsi
Per siklus
Penelitian ini dibagi dalam 2 siklus yang disesuaikan
dengan alokasi waktu dan kompetensi dasar yang hendak dicapai, masing-masing
siklus terdiri dari 4 langkah yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi. Secara operasional prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang diterapkan
dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut :
Siklus Pertama (1)
Kegiatan yang dilakukan pada siklus ini meliputi :
a.
Tahap
Perencanaan Tindakan
Penelitian merencanakan tindakan berdasarkan tujuan
penelitian, beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media kubus dan lembar observasi.
b.
Tahap
Pelaksanaan Tindakan
Sebelum melakukan strategi kooperatif,
siswa diajak untuk menggunakan strategi kooperatif dengan menggunakan media
kubus dalam belajar amtematika. Selain itu, siswa diberi motivasi dengan
memberikan pertanyaan bercongak tentang kubus. Selanjutnya guru menyampaikan
tujuan kegiatan pembelajaran yang akan dicapai. Kemudian guru menjelaskan
kembali konsep dasar volum kubus, menjelaskan tahap-tahap menyelesaiakan soal
yang berkaitan dengan kubus. Siswa menyelesaikan soal latihan, kemudian siswa
menulis jawaban dipapan tulis. Guru dan siswa menyimpulkan materi pelajaran.
Setelah itu guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.
c.
Tahap
Observasi
Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan penggunaan media
kubus oleh guru pengajar (peneliti). Bersama teman sejawat guru membuat catatan
kecil hasil pengamatan dikelas tentang proses berlangsungnya pembelajaran dan
mengisi format untuk mengamati aktivitas siswa, yang meliputi (1) berani
bertanya, (2) berani mengemukakan pendapat, dan (3) berani mempertanyakan gagasan.
d.
Tahap
Refleksi
Dalam tahap ini penulis bersama teman sejawat melakukan
analisis terhadap hasil-hasil yang telah dicapai, masalah / kesulitan dan
dampak perbaikan pembelajaran terhadap guru dan siswa pada siklus pertama.
Tahap refleksi ini meliputi elaborasi terhadap hasil evaluasi pada tahap
observasi dan hasilnya dijadikan sebagai rancangan tindakan pada siklus kedua.
Siklus Kedua (2)
Tahap-tahap pada siklus II ini sama dengan
tahap-tahap pada siklus I, hanya saja dari hasil siklus I digunakan sebagai
acuan untuk pelaksanaan siklus II. Hal ini mengandung maksud bahwa, setelah
dilaksanakan refleksi maka akan diketahui apa saja kelemahan dari pelaksanaan
siklus I sehingga dapat dilakukan perbaikan pada siklus II. Hasil pada siklus
II ini tidak digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan siklus
selanjutnya, ini dikarenakan siklus dalam penelitian ini hanya sampai siklus
II. Hasil dari pelaksanaan tindakan pada siklus II ini digunakan sebagai bahan
untuk membuat kesimpulan dari penelitian tindakan ini.
C.
Instrumen
Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi (1) soal uji kompetensi, (2) lembar obsevasi pemantauan aktivitas
siswa ketika mengikuti kegiatan.
1.
Soal
uji kompetensi
Pada tahap awal, soal uji kompetensi dibuat oleh guru
berdasarkan metode yang sudah diajarkan dalam satu kompetensi dasar. Pada
siklus kedua, soal dibuat oleh guru yang selanjutnya dijadikan acuan dalam
penilaian juga perbaikan.
2.
Lembar
Observasi
Lembar observasi terdiri atas observasi aktivitas siswa
ketika mengikuti pembelajaran dalam strategi kooperatif. Indikator yang
digunakan untuk mengetahui bahwa model kooperatif tersebut menjadikan siswa
aktif dan senang adalah; (1) siswa berani bertanya, (2) siswa berani
mengemukakan pendapat, dan (3) siswa berani mempertanyakan gagasan pada orang
lain.
D.
Pengumpulan
dan Analisis Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi,
observasi dan penilaian hasil belajar. Secara rinci cara pengumpulan data dan
analisis data sebagai berikut :
1. Data
hasil observasi untuk mengetahui seberapa jauh siswa merasa senang mengikuti
kegiatan dalam “strategi kooperatif” diperoleh dari pengamatan melalui catatan
guru dan format observasi. Hasil observasi dianalisis prosentase yang
dihasilkan, dibandingkan antara siklus I dan siklus II.
2. Data
hasil belajar dikumpulkan melalui hasil koreksi uji kompetensi setelah
mengikuti pembelajaran “strategi kooperatif“. Hasil belajar tersebut dianalisis
dengan cara dicari nilai rata-ratanya dan dibandingkan antara siklus I dan
siklus II.
E.
Indikator
Keberhasilan
Sesuai dengan tujuan penelitian, indikator
keberhasilan dalam kegiatan PTK ini adalah meningkatkan aktifitas dan hasil
belajar Matematika siswa Kelas V SDN IV Besuki. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya kenaikan aktivitas dan hasil belajar dari dua siklus yang dilakukan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi
Per Siklus
1.
Pra Tindakan
Dalam pembelajaran matematika pada materi volum kubus di SDN
IV Besuki diawali dengan pra siklus. Pra siklus ini bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran dan pengetahuan kondisi
siswa dan sebagai pembanding pada tahap siklus I dan siklus II. Pada kegiatan
ini, guru melakukan pembelajaran seperti metode ceramah.
Dalam
menyampaikan materi pelajaran, guru lebih banyak berceramah sedangkan siswa
hanya mendengarkan. Setelah selesai menjelaskan guru menyuruh siswa mengerjakan
soal-soal dari buku pelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
siswa memahami materi pelajaran yang diajarkan. Siswa secara bergantian
membacakan soal beserta menuliskan jawabannya dipapan tulis. Jika jawaban
salah, guru langsung membetulkan sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
selama proses pembelajaran guru lebih aktif dari siswa, sedangkan siswa lebih
banyak diam dan mendengarkan saja. Kegiatan pembelajaran terlihat sangat
membosankan, sehingga hasil belajar siswa kurang memenuhi standar yang telah
ditetapkan.
2.
Siklus
Pertama (1)
1)
Tahap
Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan ini guru memandang bahwa
latihan soal yang biasanya dilakukan masih kurang memberikan nuansa
menyenangkan bagi siswa dalam belajar dan kurang dapat meningkatkan prestasi
belajarnya. Oleh karena itu dirancanglah model pembelajaran “strategi
kooperatif“ yang diduga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Adapun perencanaan tindakan adalah sebagai berikut :
a. Guru
menyusun rencan pelaksanaan pembelajaran terkait dengan “strategi kooperatif”.
b. Menyusun
soal berdasarkan indikator dan kompetensi dasar yang telah dipelajari.
c. Menyusun
lembar observasi untuk mengetahui proses berlangsungnya pembelajaran “strategi
kooperatif“.
d. Melaksanakan
pembelajaran “strategi kooperatif“ sesuai dengan rencana dalam RPP.
e. Setelah
selesai melakukan pembelajaran “strategi kooperatif“ pada pertemuan berikutnya
dilakukan uji kompetensi.
2)
Tahap
Pelaksanaan Tindakan
Pemberian tindakan dilakukan dalam dua kali pertemuan
yaitu tahap pelaksanaan dan pembahasan soal. Secara rinci jalannya pelaksanaan
sebagai berikut :
a. Siswa
dijelaskan tentang cara melakukan pembelajaran “strategi kooperatif“ agar tidak
terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya.
b. Kelas
diatur sedemikian rupa sehingga dalam KBM berjalan dengan lancar dan tertib.
c. Dalam
pembelajaran “strategi kooperatif“ , siswa di ajak dalam penggunaan media yaitu
kubus.
d. Kemudian
guru menjelaskan dan memberi petunjuk dalam penggunaan media kubus .
e. Siswa
diajak aktif dalam pembelajaran ini.
f. Setelah
itu guru mencoba memberikan tugas kepada siswa dengan mebentuk kelompok kecil.
g. Siswa
dituntut bisa berkomunikasi dengan teman-temannya dan menemukan jawaban dari
tugas yang diberikan guru.
3)
Tahap
Observasi
Tahap observasi ini dilaksanakan bersamaan dengan
melakukan implementasi tindakan. Pada tahap ini guru mengamati jalannya
kegiatan pembelajaran “strategi kooperatif“. Ada tiga data observasi yang
diperoleh melalui pengamatan siklus yaitu (1) catatan hasil observasi, (2)
catatan bebas hasil pengamatan, (3) analisis hasil kompetensi.
Selama proses tindakan pada siklus diperoleh data
penunjang antara lain sebagai berikut:
a. Siswa
masih merasa kesulitan untuk mengerjakan soal.
b. Suasana
kelas terlihat masih tegang karena
anak-anak tergesa-gesa dalam menyelesaikan soal.
c. Beberapa
siswa belum tuntas untuk menyelesaikan soal karena waktu yang sudah habis.
d. Banyak
usulan dari siswa antara lain kurangnya waktu mengerjakan soal.
e. Ketika
pembahasan soal, siswa banyak yang masih enggan untuk bertanya, menjawab, atau
menanggapi pendapat temannya.
4)
Tahap
Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan pada akhir siklus 1
telah diperoleh gambaran bahwa siswa sudah sedikit merasa senang mengikuti
pembelajaran “strategi kooperatif“ dibandingkan dengan latihan soal yang biasa
dilakukan. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat permasalahan antara lain :
·
Suasana kelas masih terkesan formal dan kaku
karena masih duduk dibangku dan didalam kelas. Oleh karena itu perlu diluar
ruangan.
·
Untuk memotivasi aktivitas siswa, ada suasana
yang lain. Misalnya disiklus berikutnya guru memberikan penghargaan berupa
tepuk tangan kepada siswa yang berani mengemukakan pendapat.
3.
Siklus
II
1)
Tahap
Perencanaan Tindakan
Pada siklus II ini tindakan dilaksanakan berdasarkan
refleksi dari hasil siklus pertama. Berdasarkan hambatan terjadi pada siklus I
yaitu anak kesulitan dalam pemahaman volum kubus. Maka dirancanglah hasil
refleksi pada siklus I.
a. Merancang
skenario pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
b. Siswa
menyusun soal seperti pada siklus I.
c. Merancang
skenario tempat siswa dalam pelaksanaan pembelajaran yang lebih mengenangkan.
d. Menyusun
lembar observasi untu mencatat kejadian selama kegiatan tindakan pada siklus ke
2.
2)
Tahap
Pelaksanaan Tindakan
Siswa melakukan pembelajaran strategi kooperatif
sesuai dengan rencana tindakan siklus kedua. Tindakan pada siklus kedua adalah
sebagai berikut:
a. Siswa
dijelaskan tentang cara melakukan penbelajaran strategi kooperatif agar tidak terjadi kesulitan dalam
pelaksanaan.
b. Kelas
diatur sedemikian rupa sehingga dalam KBM berjalan dengan lancar dan tertib.
c. Dalam
pembelajaran strategi kooperatif siswa diajak dalam penggunaan media yaitu
kubus.
d. Guru
menjelaskan dan memberi petunjuk dalam penggunaan media kubus.
e. Siswa
terus diajak aktif dalam pembelajaran diri.
f. Guru
memberikan tugas kepada siswa dengan membentuk kelompok.
g. Pada
akhir pembelajaran guru memberikan tugas mandiri dirumah.
3)
Tahap
Observasi
Tahap observasi ini dilaksanakan ketika menyusun
soal, umplementasi pembelajaran strategi kooperatif dan tahap pembahasan soal.
Pada tahap ini guru mengamati jalannya kegiatan pembelajaran. Secara
proses tindakan pada siklus kedua
diperoleh gambaran sebagai berikut :
a. Selama
proses diluar ruangan, siswa lebih mudah memindahkan kartu soal karena alur
pergiliran soal lebih mudah dipahami.
b. Suasana
luar ruangan membuat siswa terlihat lebih senang dan santai.
c. Ketika
pembahasan soal, sebagian besar siswa merasa lebih senang.
4)
Tahap
Refleksi
Berdasarkan hasil penngamatan pada akhir siklus II
telah diperoleh gambaran bahwa siswa sudah merasa senang dan berhasil mencapai
standar ketuntasan minimal.
Denang data tersebut dirasakan bahwa tujuan
penelitian sudah tercapai pada siklus kedua. Oleh karena itu, peneliti
memutuskan penelitian ini berakhir pada siklus kedua.
B.
Hasil
Penelitian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan
Pemahaman Volum Kubus pada Siswa Kelas V SDN IV Besuki, Kecamatan Besuki,
Kabupaten Tulungagung
1. Data
proses pembelajaran siswa pada tahap pratindakan sampai siklus II.
No
|
Nama Siswa
|
Data Proses Kegiatan Pembelajaran
|
||
Skor Yang Diperoleh
|
||||
Pra Tindakan
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1
|
Mohamad Davi Saputra
|
55,5
|
55,5
|
55,5
|
2
|
Nadila Ayu Saputri
|
55,5
|
66,6
|
66,6
|
3
|
Leoni Wijayanti
|
66,6
|
66,6
|
77,7
|
4
|
Septian Dwi Nurcahyo
|
55,5
|
55,5
|
66,6
|
5
|
Eli Endah Cahyani
|
66,6
|
77,7
|
77,7
|
6
|
Handoko Murti
|
55,5
|
55,5
|
66,6
|
7
|
Ridwan Amanda Darma D.
|
66,6
|
66,6
|
77,7
|
8
|
Endah Tri Wahyuni
|
66,6
|
77,7
|
88,8
|
9
|
Renita Argin Puspita
|
66,6
|
66,6
|
77,7
|
10
|
Ilo Sukma Augusta
|
55,5
|
66,6
|
66,6
|
11
|
Dani Suganda
|
55,5
|
55,5
|
66,6
|
12
|
Rio Irvan Gunawan
|
55,5
|
55,5
|
55,5
|
13
|
Mega Tri Rahayu
|
66,6
|
66,6
|
77,7
|
14
|
Febri Purwanti
|
55,5
|
55,5
|
66,6
|
15
|
Andi Saputra
|
55,5
|
66,6
|
66,6
|
16
|
Fitria Eka Sulistyawati
|
66,6
|
77,7
|
88,8
|
17
|
Anggih Dwi Saputra
|
55,5
|
66,6
|
77,7
|
18
|
Yayuk Wulandari
|
66,6
|
66,6
|
66,6
|
Jumlah
|
1098,9
|
1165,5
|
1287,6
|
|
Rata-Rata
|
61,05
|
64,75
|
71,53
|
Diagram
Skor Per Siklus
2. Data
hasil belajar dalam kegiatan pembelajaran pada tahap pra tindakan sampai siklus
II
No
|
Nama Siswa
|
Data Proses Kegiatan Pembelajaran
|
||
Skor Yang Diperoleh
|
||||
Pra Tindakan
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1
|
Mohamad Davi Saputra
|
55
|
60
|
60
|
2
|
Nadila Ayu Saputri
|
60
|
60
|
70
|
3
|
Leoni Wijayanti
|
60
|
65
|
70
|
4
|
Septian Dwi Nurcahyo
|
50
|
50
|
60
|
5
|
Eli Endah Cahyani
|
65
|
70
|
80
|
6
|
Handoko Murti
|
50
|
50
|
55
|
7
|
Ridwan Amanda Darma D.
|
55
|
60
|
65
|
8
|
Endah Tri Wahyuni
|
60
|
60
|
70
|
9
|
Renita Argin Puspita
|
50
|
55
|
65
|
10
|
Ilo Sukma Augusta
|
55
|
60
|
60
|
11
|
Dani Suganda
|
50
|
50
|
55
|
12
|
Rio Irvan Gunawan
|
50
|
55
|
60
|
13
|
Mega Tri Rahayu
|
60
|
60
|
70
|
No
|
Nama Siswa
|
Data Proses Kegiatan Pembelajaran
|
||
Skor Yang Diperoleh
|
||||
Pra Tindakan
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
14
|
Febri Purwanti
|
55
|
60
|
60
|
15
|
Andi Saputra
|
55
|
55
|
65
|
16
|
Fitria Eka Sulistyawati
|
65
|
75
|
80
|
17
|
Anggih Dwi Saputra
|
50
|
60
|
65
|
18
|
Yayuk Wulandari
|
60
|
60
|
60
|
Jumlah
|
1005
|
1065
|
1170
|
|
Rata-Rata
|
55,83
|
59,16
|
65,00
|
C.
Pembahasan
Kegiatan dan Hasil Belajar Pembelajaran Matematika Kelas V Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw di SDN IV Besuki
1.
Pra
Tindakan
Selama proses kegiatan pembelajaran
pada tahap pra tindakan, masih banyak siswa yang memiliki skor dibawah
rata-rata. Skor rata-ratanya 61,05. Siswa yang mendapat skor 55,5 ada 9 anak.
Jumlah siswa yang mendapat skor 66,6 ada anak 9 anak. Sedangkan untuk menilai
hasil belajar rata-ratanya 55,83. Dari hasil belajar siwa, terdapat 11 anak yang
masih berada dibawah KKM. Ini berarti 70% yang belum tuntas dalam pembelajaran Matematika.
2.
Siklus
I
Pada siklus I, skor rata-rata yang diperoleh siswa adalah
64,75. Siswa yang mendapatkan skor 55,5 ada 6 anak, yang mendapatkan skor
66,6 ada 9 anak, sedangkan yang mendapat
skor 77,7 ada 3 anak. Pada tahap siklus I hampir senua siswa mendapatkan skor
diatas skor rata-rata kelas. Untuk nilai hasil belajar siswa juga meningkat
yaitu dengan rata-rata 59,16 yaitu 6 anak yang belum tuntas . Ini berarti 30%
siswa yang masih mendapatkan nilai dibawah KKM.
3.
Siklus
II
Perolehan skor rata-rata pada siklus II adalah 71,53. Hanya 2
anak yang mendapatkan skor 55,5. Hal ini membuktikan bahwa keaktifan siswa
dapat meningkat dan hasil belajar siswa juga meningkat yaitu dengan rata-rata
71,53. Dari rata-rata tersebut hampir semua siswa telah tuntas, karena nilai
siswa berada diatas standar KKM yaitu 60.
Dari uraian diatas, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kegiatan pembelajaran siswa pada pelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat
dari sikap dan nilai siswa yang meningkat. Pada kegiatan prasiklus, siswa masih
pasif dan nilai yang rendah. Setelah diterapkan strategi kooperatif nilai siswa
lebih meningkat. Ini dapat dilihat pada hasil belajar siswa mulai dari
pratindakan sampai pada siklus II
BAB V
PENUTUP
Bertitik tolak dari hasil penelitian dan pembahasannya sebagaimana
diuraikan pada bab IV,dalam Bab Penutup ini dikemukakan kesimpulan dan saran berkaitan dengan penerapan metode
kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran Matematika dikelas V SDN IV Besuki
Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung.
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari bab awal sampai akhir, maka
peneliti dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut ini:
1. Peningkatan
aktifitas belajar Matematika tentang volum kubusdengan menggunakan metode
kooperatif model Jigsaw.
a. Bahwa
dalam rangka penguasaan siswa dalam mata pelajaran matematika khususnya dalam
materi pemecahan soal yang menyangkut volum kubus, harus selalu dilaksanakan
secara berulang-ulang melalui proses pemberian contoh dan banyak latihan
menjawab soal, sehingga para siswa memahami cara dan langkah menyelesaikan soal
tersebut.
b. Perlunya
peningkatan pemahaman dasar volum kubus kepada siswa agar mudah dalam proses
menyelesaikan soal yang menyangkut volum kubus.
c. Untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran Matematika maka perlu adanya
motivasi kepada siswa tentang manfaat ilmu matematika dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Peningkatan
hasil belajar Matematika tentang volum kubus dengan metode kooperatif model
Jigsaw.
Berhubungan dengan peningkatan hasil belajar Matematika tentang
volum kubus melalui penerapan metode kooperatif model jigsaw yang telah
diuraikan pada bab terdahulu diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a. Peningkatan
hasil belejar matematika tentang volum dapat diperoleh hasil perolehan nilai
rata-rata tahap-tahap demi tahap yaitu 30% pada tahap tindakan awal menjadi 70%
pada siklus I kemudian meningkat menjadi 95% pada tindakan siklus II.
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, maka dalam
rangka perbaikan pembelajaran matematika ada beberapa hal yang dapat dijadikan
saran, diantaranya sebagai berikut;
1. Mengadakan
persiapan untuk melaksanakn pembelajaran baik itu rencana pembelajaran, sarana
dan prasarana, media yang mendukung pembelajaran pengaturan dan pengelolaan
kelas dan penguasaan materi.
2. Untuk
meningkatkan pemahaman siswa dan materi, sebaiknya frekuensi latihan soal
semakin diperbanyak agar anak-anak terampil dalam penguasaan materi.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional.
Jakarta. Universitas Terbuka.
Wardani, I.G.A.K. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta.
Universitas Terbuka.
Muhsetyo, Gatot. 2009. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta.
Universitas Terbuka.
Wardani, I.G.A.K. 2009. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta.
Universitas Terbuka.
Moedjiono. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PRA TINDAKAN
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Mata Pelajaran :
Matematika
Kelas / Semester : V / I
Waktu :
2 x 35 Menit (1 x Pertemuan)
I.
STANDAR
KOMPETENSI
Menghitung volum kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah.
II.
KOMPETENSI
DASAR
Menghitung volum
kubus.
III.
INDIKATOR
·
Mengenal rumus volum kubus
·
Mengenal satuan volum
·
Menghitung volum kubus
IV.
TUJUAN
PEMBELAJARAN
Setelah selesai
pembelajaran diharapkan siswa mampu :
·
Mengenal rumus volum kubus
·
Mengenal volum kubus
·
Menghitung volum kubus
·
Menyelesaiakan maslah sehar-hari yang berhubungan dengan
volum kubus.
DAN SETERUSNYAAA.............